Meneladani Figur Rosululla
Dalam
setiap masyarakat, apakah masyarakat muslim maupun non muslim,
primitive atau modern, Timur maupun Barat, Arab atau non Arab, selalu
ada tiga jenis manusia. Jenis manusia penggembala, domba dan srigala.
Pertama, jenis manusia penggembala. Jenis manusia penggembala adalah
para pemimpin. Dalam kontek umat Islam, penggembalanya adalah Rasulullah
SAW, dan para ulama’ karena ulama merupakan pewaris para Nabi.
Imam Ghozali dalam bukunya, Ihya’ Ulumiddin, jilid IV, menjelaskan, bahwa ada dua jenis kepemimpinan, dan kedua jenis kepemimpinan ini diterapkan oleh Rasulullah SAW dengan sangat cerdas dan bijaksana. Pertama, memimpin dari depan yang disebut qiyaadah orangnya disebut qaaid. Jenis pemimpin ini dia berperan sebagai pelopor, teladan. Dia memimpin dengan memberi contoh (uswatun hasanah), bukan dengan menggunakan tangan besi, bukan dengan senapan, bukan dengan ancaman, bukan dengan kekuatan. Ketika dia tampil di depan, dia menjadi perhatian semua orang. Maka dia harus tampil sempurna. Kalau penampilannya tidak sempurna, maka akan cacat kepemimpinannya. Dan ketika seorang pemimpin cacat dalam mempimpin, maka akan berpengaruh pada kesuksesan dalam memimpin. Misalnya seorang pemimpin melakukan korupsi, maka seluruh negeri kemungkinan bisa tertular virus korupsi. Ketika seorang pemimpin melakukan kebohongan, maka bisa menjadikan mentalitas seluruh negeri menjadi pembohong. Uswatun hasanah ini jauh lebih kuat dari pada senapan. Dia menggerakkan hati manusia, tanpa sadar. Menggerakkan jiwa manusia tanpa paksaan. Orang yang memimpin menggunakan senapan, bisa jadi berhasil, tetapi keberhasilannya dicapai dengan menumpahkan banyak darah. Seperti yang kita lihat dalam sejarah negeri ini, terutama di era orde baru.
Kedua, memimpin dari belakang, yang disebut Siyaaqah, orangnya di sebut saaiq. Tipe pemimpin ini, seperti menggiring bebek atau domba. Seringkali menggunakan pentung, tetapi tidak banyak gunanya. Yang banyak berguna seorang memimpin dari belakang adalah menggunakan ilmu. Seperti sopir, dia harus mengetahui jurusan yang ingin dituju. Dia harus mengerti bagaimana menyetir yang baik dan benar. Dia harus mengetahui saat-saat genting, dan selalu berfikir cepat untuk antisipasi kondisi darurat.
Memimpin yang baik adalah mengkombinasikan keduanya. Dan Rasulullah menerapkan keduanya. (Q.S. al Ahzab : 21).
Sebagai contoh di depan, kita bisa melihat bagaimana akhlak beliau yang mulia. Kesabarannya, sikap syukurnya, ketabahannya, kegigihannya, dan banyak lagi sederet perilaku mulia yang bisa kita lihat dari diri Rasulullah SAW. Di samping memimpin di depan, beliau juga memimpin dari belakang. Beliau menggunakan ilmunya dalam memimpin. (QS Al Maaidah :15). Kedua, jenis manusia domba. Para domba adalah umat Islam yang diimpikan oleh Rasulullah SAW, sebagai manusia yang membawa dirinya bermanfaat bagi orang lain. Inilah visi Rasulullah SAW.Yakni, umat yang ingin beliau bentuk dan besarkan bisa bermanfaat bukan hanya dirinya, tetapi juga kepada orang lain. Seperti hewan domba, yang bulunya bermanfaat, kulitnya bermanfaat, dagingnya juga bermanfaat, bahkan kotorannyapun bermanfaat. Marilah kita camkan, dalam keseharian kita, bukan kita mencari bagaimana memanfaatkan orang lain yang kita fikirkan, tetapi bagaimana kita bisa menjadi manfaat bagi orang lain.
Ketiga, jenis manusia srigala. Dan srigala adalah para perusak, pembuat keonaran dan pengacau. Dalam setiap masyarakat, jenis manusia yang seperti srigala ini, selalu ada. Para pembuat keonaran, pengacau, selalu ada. Dan selalu hadir di tengah-tengah kita. Entah itu dengan menggunakan alasan politik, ekonomi, atau alasan pribadi. Srigala atau anjing liar ini membuat kerusakan dan kekacauan, karena dia menuhankan hawa nafsunya. Orang yang selalu mengikuti hawa nafsu, digambarkan seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya. (QS Al A’raf : 176) Konon dalam sebuah penelitian ilmiyah, kenapa anjing selalu menjulurkan lidahnya, ternyata anjing tidak mempunyai kelenjar keringat yang cukup dalam tubuhnya. Kelenjar keringat berfungsi untuk mendinginkan tubuh. Karena anjing tidak mempunyai kelenjar keringat, maka dia tahan hidup di daerah yang bercuaca dingin. Untuk mendinginkan tubuhnya, maka anjing selalu menjulurkan lidahnya, agar ada angin yang masuk. Orang yang menuhankan hawa nafsunya, suhu jiwa dan hatinya panas, sehingga dia akan selalu menjulurkan lidahnya untuk mendinginkan jiwa dan hatinya. Caranya dengan merampas harta orang lain, harta negara, bahkan merampas harta orang-orang yang tidak berdaya. Inilah yang banyak terjadi di negara kita, karena pola hidup materialisme dan hedonisme, mereka rela merampas harta negara. Ironisnya, para penggembala di negeri ini, tidak sedikit yang kong kalikong dengan srigala, untuk mengorbankan para domba. Sehingga seorang pemimpin yang mestinya menggiring dan melindungi domba, dia justeru bekerja sama dengan srigala untuk mengorbankan para domba.
vSemoga kita bisa mendapatkan pemimpin yang bisa meneladani Rasulullah SAW, sehingga negera kita bisa hidup damai, tenteram dan berwibawa.
Imam Ghozali dalam bukunya, Ihya’ Ulumiddin, jilid IV, menjelaskan, bahwa ada dua jenis kepemimpinan, dan kedua jenis kepemimpinan ini diterapkan oleh Rasulullah SAW dengan sangat cerdas dan bijaksana. Pertama, memimpin dari depan yang disebut qiyaadah orangnya disebut qaaid. Jenis pemimpin ini dia berperan sebagai pelopor, teladan. Dia memimpin dengan memberi contoh (uswatun hasanah), bukan dengan menggunakan tangan besi, bukan dengan senapan, bukan dengan ancaman, bukan dengan kekuatan. Ketika dia tampil di depan, dia menjadi perhatian semua orang. Maka dia harus tampil sempurna. Kalau penampilannya tidak sempurna, maka akan cacat kepemimpinannya. Dan ketika seorang pemimpin cacat dalam mempimpin, maka akan berpengaruh pada kesuksesan dalam memimpin. Misalnya seorang pemimpin melakukan korupsi, maka seluruh negeri kemungkinan bisa tertular virus korupsi. Ketika seorang pemimpin melakukan kebohongan, maka bisa menjadikan mentalitas seluruh negeri menjadi pembohong. Uswatun hasanah ini jauh lebih kuat dari pada senapan. Dia menggerakkan hati manusia, tanpa sadar. Menggerakkan jiwa manusia tanpa paksaan. Orang yang memimpin menggunakan senapan, bisa jadi berhasil, tetapi keberhasilannya dicapai dengan menumpahkan banyak darah. Seperti yang kita lihat dalam sejarah negeri ini, terutama di era orde baru.
Kedua, memimpin dari belakang, yang disebut Siyaaqah, orangnya di sebut saaiq. Tipe pemimpin ini, seperti menggiring bebek atau domba. Seringkali menggunakan pentung, tetapi tidak banyak gunanya. Yang banyak berguna seorang memimpin dari belakang adalah menggunakan ilmu. Seperti sopir, dia harus mengetahui jurusan yang ingin dituju. Dia harus mengerti bagaimana menyetir yang baik dan benar. Dia harus mengetahui saat-saat genting, dan selalu berfikir cepat untuk antisipasi kondisi darurat.
Memimpin yang baik adalah mengkombinasikan keduanya. Dan Rasulullah menerapkan keduanya. (Q.S. al Ahzab : 21).
Sebagai contoh di depan, kita bisa melihat bagaimana akhlak beliau yang mulia. Kesabarannya, sikap syukurnya, ketabahannya, kegigihannya, dan banyak lagi sederet perilaku mulia yang bisa kita lihat dari diri Rasulullah SAW. Di samping memimpin di depan, beliau juga memimpin dari belakang. Beliau menggunakan ilmunya dalam memimpin. (QS Al Maaidah :15). Kedua, jenis manusia domba. Para domba adalah umat Islam yang diimpikan oleh Rasulullah SAW, sebagai manusia yang membawa dirinya bermanfaat bagi orang lain. Inilah visi Rasulullah SAW.Yakni, umat yang ingin beliau bentuk dan besarkan bisa bermanfaat bukan hanya dirinya, tetapi juga kepada orang lain. Seperti hewan domba, yang bulunya bermanfaat, kulitnya bermanfaat, dagingnya juga bermanfaat, bahkan kotorannyapun bermanfaat. Marilah kita camkan, dalam keseharian kita, bukan kita mencari bagaimana memanfaatkan orang lain yang kita fikirkan, tetapi bagaimana kita bisa menjadi manfaat bagi orang lain.
Ketiga, jenis manusia srigala. Dan srigala adalah para perusak, pembuat keonaran dan pengacau. Dalam setiap masyarakat, jenis manusia yang seperti srigala ini, selalu ada. Para pembuat keonaran, pengacau, selalu ada. Dan selalu hadir di tengah-tengah kita. Entah itu dengan menggunakan alasan politik, ekonomi, atau alasan pribadi. Srigala atau anjing liar ini membuat kerusakan dan kekacauan, karena dia menuhankan hawa nafsunya. Orang yang selalu mengikuti hawa nafsu, digambarkan seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya. (QS Al A’raf : 176) Konon dalam sebuah penelitian ilmiyah, kenapa anjing selalu menjulurkan lidahnya, ternyata anjing tidak mempunyai kelenjar keringat yang cukup dalam tubuhnya. Kelenjar keringat berfungsi untuk mendinginkan tubuh. Karena anjing tidak mempunyai kelenjar keringat, maka dia tahan hidup di daerah yang bercuaca dingin. Untuk mendinginkan tubuhnya, maka anjing selalu menjulurkan lidahnya, agar ada angin yang masuk. Orang yang menuhankan hawa nafsunya, suhu jiwa dan hatinya panas, sehingga dia akan selalu menjulurkan lidahnya untuk mendinginkan jiwa dan hatinya. Caranya dengan merampas harta orang lain, harta negara, bahkan merampas harta orang-orang yang tidak berdaya. Inilah yang banyak terjadi di negara kita, karena pola hidup materialisme dan hedonisme, mereka rela merampas harta negara. Ironisnya, para penggembala di negeri ini, tidak sedikit yang kong kalikong dengan srigala, untuk mengorbankan para domba. Sehingga seorang pemimpin yang mestinya menggiring dan melindungi domba, dia justeru bekerja sama dengan srigala untuk mengorbankan para domba.
vSemoga kita bisa mendapatkan pemimpin yang bisa meneladani Rasulullah SAW, sehingga negera kita bisa hidup damai, tenteram dan berwibawa.
Mendambakan Al Qur`an Sebagai Kenikmatan
“Tidak boleh iri kecuali dalam dua kenikmatan: seseorang yang diberi Al-Qur’an oleh Allah kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, dan orang yang diberi harta oleh Allah lalu ia membelanjakannya di jalan Allah sepanjang malam dan siang.” (Muttafaqun ‘alaih)
Melihat orang yang hartanya berlimpah tentu membuat kitapun mendambakannya. Hal itu lumrah dan fitrah
sekaligus fitnah bagi manusia. Tetapi percayalah bahwa keimanan yang
baik tidak saja menjadikan manusia memimpikan kepemilikan dunia tetapi
juga memimpikan dan menginginkan akhirat. Dengan iman, ketika melihat
orang lain yang memiliki kelebihan dalam urusan akhiratnya – misalnya
sangat baik interaksinya dengan Al-Qur’an, hafalannya banyak, rajin
beribadah, serta banyak kontribusinya dalam dakwah – maka kita pun
sangat mendambakannya.
Itulah ghibthah, menginginkan kenikmatan orang lain tanpa membenci dan mengharapkan hilangnya nikmat dari orang tersebut.
Berikut ini beberapa perasaan yang harus menjadi pertanyaan dan perhatian kita:
Itulah ghibthah, menginginkan kenikmatan orang lain tanpa membenci dan mengharapkan hilangnya nikmat dari orang tersebut.
Berikut ini beberapa perasaan yang harus menjadi pertanyaan dan perhatian kita:
- Adakah perasaan iri (ghibthah) dalam diri kita ketika melihat
saudara kita memiliki kemampuan berinteraksi dengan Al-Qur’an yang
lebih baik? Ataukah hanya iri dan menginginkan sesuatu yang terkait
dengan harta yang dimiliki saudara kita, tapi untuk Al-Qur’an hati kita
adem ayem saja?
Jika demikian adanya, itulah bukti lemahnya syu’ur Qur’ani(perasaan ingin membangkitkan diri dengan Al-Qur’an). Parasalafush shalih selalu berkompetisi dalam hal interaksi dengan Al-Qur’an dan hal ukhrawi. Telah menjadi tabiat manusia untuk berkompetisi, dan jika tidak diarahkan maka kompetisi tersebut akan cenderung ke hal-hal duniawi seperti harta, jabatan dan lawan jenis. - Rasulullah Saw menjanjikan bahwa setiap orang beriman yang
bersahabat akrab dengan Al-Qur’an dijamin akan mendapat syafa’at dari
Al-Qur’an: “Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada
hari kiamat menjadi pemberi syafa’at bagi orang-orang yang bersahabat
dengannya.” (HR. Muslim).
Tanyakan pada diri kita masing-masing, sudahkan kita menjadi sahabat akrab Al-Qur’an? Benarkah di akhirat nanti kita berharap akan mendapat syafa’at dari Al-Qur’an? Alangkah sengsaranya kita bila di akhirat tanpa syafa’at, karena “…Tidak ada yang dapat memberi syafa’at kecuali atas seizin Allah…” (QS Al-Baqarah [2]:255) - Kualitas iman kita diukur dengan sejauh mana kualitas
dan kuantitas interaksi kita dengan Al-Qur’an. Apakah kita masa bodoh dan tidak merasa sedih jika
dalam sebulan tidak khatam Al-Qur’an? Adakah perasaan sedih jika kita
tidak punya hafalan ayat-ayat Al-Qur’an? Sedihkah
kita karena awam dengan kandungan dan makna Al-Qur’an? Jika belum, dikhawatirkan bahwa kitalah yang
disebut Rasulullah yang menjadikan Al-Qur’an sebagai mahjuran.
“Berkatalah Rasul: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an itu sesuatu yang diabaikan.’ “ (QS Al-Furqan [25]:30) - Pernahkah kita menghitung tentang berapa banyak informasi tentang
hal-hal yang bersifat duniawi yang ada di kepala kita dibandingkan
dengan hal-hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an? Jika tentang Al-Qur’an
lebih banyak maka bersyukurlah, jika tidak maka bertaubatlah kepada
Allah Swt dan segera upayakan untuk kembali kepada Al-Qur’an agar tidak
dikecam Allah Swt:
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang tentang (kehidupan) akhirat mereka lalai.” - Sabda Rasulullah Saw: “Barangsiapa yang belajar Al-Qur’an dan
mengamalkannya akan diberikan kepada orang tuanya pada hari kiamat
mahkota yang cahanya lebih indah daripada cahaya matahari. Kedua orang
tua itu akan berkata, ‘Mengapa kami diberi ini?’ Maka dijawab, ‘Karena
anakmu yang telah mempelajari Al-Qur’an’ “ (HR Abu Dawud, Ahmad dan Hakim)
Tidakkah hadits tersebut menggugah kita sebagai orang tua untuk memberi perhatian yang lebih pada anak dalam hal pendidikan Al-Qur’annya? Bagaimana mungkin seorang anak dapat mencintai Allah Swt kalau tidak dapat menikmati shalat dengan baik? Bagaimana mungkin dapat shalat dengan baik kalau kemampuannya dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, khususnya hafalan, lemah dan terbatas? Jangan sampai kita hanya kecewa bila anak tak mampu berbahasa Inggris atau menggunakan komputer tetapi santai saja dengan keterbatasannya dengan Al-Qur’an.
6 Keutamaan Sholat Dhuha
Hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:
1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:
“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).
2. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.
Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).
Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”
Mereka menjawab; “Ya!
Rasul saw berkata lagi:
“Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)
3. Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:
“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami`: 634)
4. Memperoleh ganjaran di sore hari
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”
(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).
5. Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).
Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:
“Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna..” (Shahih al-Jami`: 6346).
6. Ampunan Dosa
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi)
1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:
“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).
2. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.
Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).
Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”
Mereka menjawab; “Ya!
Rasul saw berkata lagi:
“Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)
3. Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:
“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami`: 634)
4. Memperoleh ganjaran di sore hari
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”
(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).
5. Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).
Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:
“Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna..” (Shahih al-Jami`: 6346).
6. Ampunan Dosa
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi)
Keutamaan Membaca Al Qur’an
Keutamaan Al-Qur’an yang terbesar adalah Al Quran merupakan kalam Allah
Swt. Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan dengan penuh berkah.
Al-Qur’an memberikan petunjuk manusia kepada jalan yang lurus. Tidak ada
keburukan di dalamnya, oleh karena itu sebaik-baik manusia adalah
mereka yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Rasulullah SAW
bersabda, ”Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori).
Al-Qur’an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi syafa’at baginya pada hari Kiamat. Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, dengan firmanNya: “…. Barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha:123)
Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang yg mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Rasulullah Saw selalu membaca Al-Qur’an. Beliau juga suka mendengarkan bacaan dari sahabatnya, khususnya sahabat Ibnu Mas’ud. Beliau berlinang air matanya bila membaca dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an, seperti yang dikisahkan dalam sebuah hadist dari Ibnu Mas’ud: Suatu ketika Rasulullah Saw meminta Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al-Qur’an. Ibnu Mas’ud berkata: “Ya Rasulullah, bagaimanakah saya membacakan untukmu, padahal Al-Qur’an diturunkan kepadamu?”. Dijawab nabi Saw: “Saya ingin mendengar dari orang lain”. Ibnu Mas’ud berkata, ”Maka saya bacakan surat An Nisa hingga sampai pada ayat “Fa kaifa idzaa ji’na min kulli ummatin bisyahidin waji’na bika ’ala ha’ula’i syahiida” (Bagaimanakah jika Kami telah mendatangkan untuk setiap ummat saksinya dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas semua ummat itu). Nabi bersabda, “Cukuplah sampai di sini”. Saya menoleh melihat nabi SAW sedang bercucuran air mata.“ {HR. Bukhari dan Muslim}.
Sahabat Rasulullah Saw juga selalu membaca Al-Qur’an. Ketika mereka menemukan ayat yang berkaitan dengan azab Allah, mereka membacanya berulang-ulang hingga berlinang air mata. Abu Bakar ra, jika beliau menjadi imam ketika sholat, maka akan terdengar isakan tangis beliau. Suatu ketika seorang sahabat ingin ke pasar mendapati Asma binti Abu Bakar membaca salah satu ayat diulang-ulang sambil menangis. Ketika sahabat tersebut kembali dari pasar, ia masih membaca ayat yang sama sambil menangis. Itulah sikap Rasulullah Saw dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur’an. Kita sebagai ummat dan sebagai generasi penerusnya berusaha untuk bersikap seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur’an.
Berikut beberapa Keutamaan membaca Al Quran Menurut Beberapa Ayat Suci Sl Quran dan Hadits Shahih :
Imam Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata bahwa ada empat amal yang berat untuk dilakukan seorang muslim. Pertama, member maaf dalam kondisi marah. Kedua, Dermawan dalam kefakiran, Ketiga,menghindar kemaksiatan ketika sendirian. Dan keempat, berkata benar didepan orang yang ditakuti aatu orang yang diharapkan.
Marilah pada kesempatan ini kita bersama-sama saling mengingatkan agar menjaga dan meningkatkan ketaqwaan diri kita dan juga keluarga kita. Disamping itu, perlu juga kita mementingkan ketaatan kita dengan melakukan berbagai amal kebaikan yang dapat memperbanyak pahala.
Jama’ah Jum’ah yang berbahagia
Dalam rangka itulah khotbah kali ini, khatib ingin memaparkan empat macam amal yang menurut Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah dianggap paling berat untuk dilakukan seorang muslim. Imam Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata bahwa ada empat amal yang berat untuk dilakukan. Pertama adalah al’afwu ‘indal ghadhab memberi maaf ketika dalam keadaan emosi. Memberikan maaf bukanlah hal yang mudah apalagi ketika dalam keadaan emosi. Untuk itulah Rasulullah saw pernah mengajari para sahabat untuk mengambil air wudhu untuk meredamkan marah. Karena marah merupakan bentuk lain dari api syaitan yang menyala-nyala, dan api itu hanya bisa dikalahkan oleh air wudhu.
Oleh karena itu, Allah swt menjamin siapapun yang dapat mengendalikan emosi dan amarahnya selamat dari siksaan api neraka . Demikian keterangan sebuah hadits yang berbunyi:
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Amal berat kedua adalah al juudi fil ‘usroh menjadi pemurah dan dermawan ketika kondisi ‘saku’ (keuangan) kita sedang sempit atau tidak mapan. Menjadi dermawan bukanlah perkara gampang, apalagi berlaku dermawan ketika kondisi keuangan sangat menipis. Oleh karena itu Allah swt memposisikan orang dermawan sangat dekat dengan-Nya. dalam sebuah hadits diterangkan:
Hadits ini bukanlah sekedar hadits motifasi, tetapi merupakan petunjuk dan rambu-rambu bagi siapapun yang ingin memposisikan diri dekat dengan Allah swt, maka hendaklah ia menjadi orang yang dermawan. Baik dalam kondisi longgar, lebih-lebih dalam kondisi sesak.
Katiga, adalah al-iffah fil khulwah,yaitu menghindarkan diri dari tindakan haram dalam keadaan sepi tanpa ada siapapun yang melihatnya. Amal ketiga ini merupakan ujian akan keikhlasan seseorang dalam beramal. Bahwa untuk melakukan ataupun menghindari dosa seseorang tidak perlu memperhatikan orang di lingkungannya. Karena jika seseorang melakukan sesuatu (amal) karena orang lain akan disebut riya, dan jika meninggalkan sesuatu karena orang lain menjadi syirik. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Iyadh
Jama’ah Rahimakumullah
Keempat, adalah qaulul haq liman yahofuhu au yajuruhu, yaitu berkata yang di depan orang yang ditakuti atau diharapkan. Jelas sekali materi terakhir ini berhubungan dengan kejujuran. Karena kebanyakan orang berbicara menyesuaikan atau melihat siapa yang diajak bicara. Seringkali orang akan membicarakan hal-hal yang disukai lawan bicaranya, apalagi jika lawan bicaa itu adalah orang yag ditakuti kareha hubungan kerja atau hubungan keluarga. Dengan kata lain amal terberat ke eempat ini merupakan usaha meghindarkan diri dari kebiasaan menjilat. Baik menjilat kepada atasan atau kepada orang yang diharapkan
Dengan demikian materi keempat ini sesuai dengan peribahasa:
Demikianlah khotbah Jum’ah kali ini, meskipun sekelumit semoga bermanfaat.
Al-Qur’an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi syafa’at baginya pada hari Kiamat. Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, dengan firmanNya: “…. Barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha:123)
Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang yg mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Rasulullah Saw selalu membaca Al-Qur’an. Beliau juga suka mendengarkan bacaan dari sahabatnya, khususnya sahabat Ibnu Mas’ud. Beliau berlinang air matanya bila membaca dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an, seperti yang dikisahkan dalam sebuah hadist dari Ibnu Mas’ud: Suatu ketika Rasulullah Saw meminta Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al-Qur’an. Ibnu Mas’ud berkata: “Ya Rasulullah, bagaimanakah saya membacakan untukmu, padahal Al-Qur’an diturunkan kepadamu?”. Dijawab nabi Saw: “Saya ingin mendengar dari orang lain”. Ibnu Mas’ud berkata, ”Maka saya bacakan surat An Nisa hingga sampai pada ayat “Fa kaifa idzaa ji’na min kulli ummatin bisyahidin waji’na bika ’ala ha’ula’i syahiida” (Bagaimanakah jika Kami telah mendatangkan untuk setiap ummat saksinya dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas semua ummat itu). Nabi bersabda, “Cukuplah sampai di sini”. Saya menoleh melihat nabi SAW sedang bercucuran air mata.“ {HR. Bukhari dan Muslim}.
Sahabat Rasulullah Saw juga selalu membaca Al-Qur’an. Ketika mereka menemukan ayat yang berkaitan dengan azab Allah, mereka membacanya berulang-ulang hingga berlinang air mata. Abu Bakar ra, jika beliau menjadi imam ketika sholat, maka akan terdengar isakan tangis beliau. Suatu ketika seorang sahabat ingin ke pasar mendapati Asma binti Abu Bakar membaca salah satu ayat diulang-ulang sambil menangis. Ketika sahabat tersebut kembali dari pasar, ia masih membaca ayat yang sama sambil menangis. Itulah sikap Rasulullah Saw dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur’an. Kita sebagai ummat dan sebagai generasi penerusnya berusaha untuk bersikap seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur’an.
Berikut beberapa Keutamaan membaca Al Quran Menurut Beberapa Ayat Suci Sl Quran dan Hadits Shahih :
- Firman Allah Swt: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (An-Nahl: 89)
- Firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al-Ma’idah: 15-16).
- Firman Allah Swt: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi ouang-orang yang beriman. ” (Yunus: 57).
- Sabda Rasulullah Saw: “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa ‘at bagi pembacanya.” (HR. Muslim dari Abu Umamah).
- Dari An-Nawwas bin Sam’an ra. katanya: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Didatangkan pada hari Kiamat Al-Qur’an dan para pembacanya yang mereka itu dahulu mengamalkannya di dunia, dengan didahului oleh surat Al Baqarah dan Ali Imran yang membela pembaca kedua surat ini.” (HR, Muslim).
- Dari Utsman bin Affan ra, katanya: Rasulullah Saw bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari)
- Dari Ibnu Mas’ud ra, katanya: Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi, katanya: hadits hasan shahih).
- Dari Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash ra, bahwa Nabi Saw bersabda: “Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an: “Bacalah, naiklah dan bacalah dengan pelan sebagaimana yang telah kamu lakukan di dunia, karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan mengatakan: hadits hasan shahih).
- Dari Aisyah ra, katanya: Nabi Saw bersabda: “Orang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala.” (Hadits Muttafaq ‘Alaih). Dua pahala, yakni pahala membaca dan pahala susah payahnya.
- 10. Dari Ibnu Umar ra, Nabi Saw bersabda: “Tidak boleh hasad (iri) kecuali dalam dua perkara, yaitu: orang yang dikaruniai Allah Al-Qur’an lalu diamalkannya pada waktu malam dan siang, dan orang yang dikaruniai Allah harta lalu diinfakkannya pada waktu malam dan siang”. (Hadits Muttafaq ‘Alaih). Yang dimaksud hasad di sini yaitu mengharapkan seperti apa yang dimiliki orang lain. (Lihat kitab Riyadhus Shaalihiin, hlm. 467-469).
- 11. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai 2 ahli diantara manusia”. Sahabat bertanya, ”Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Ahli Al-Qur’an adalah ahli Allah, dan orang-Nya khusus.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
- Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda: Dikatakan kepada orang yang berteman dengan Al-Qur’an, “Bacalah dan bacalah sekali lagi serta bacalah dengan tartil, seperti yang dilakukan di dunia, karena manzilah-mu terletak di akhir ayat yang engkau baca. “ (HR Tirmidzi)
- Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur’an bertemu pembacanya pada hari kiamat saat kuburannya dikuak, dalam rupa seorang laki-laki yang pucat. Dia (Al-Qur’a) bertanya, “apakah engkau mengenalku? Dia menjawab, “aku tidak mengenalmu!”. Al-Qur’an berkata, “Aku adalah temanmu, Al-Qur’an, yang membuatmu kehausan pada siang hari yang panas dan membuatmu terjaga pada malam hari. Sesungguhnya pedagang itu mengharapkan hasil dagangannya, dan sesungguhnya pada hari ini aku adalah milikmu dari hasil seluruh perdaganganmu, lalu dia memberikan hak milik orang itu Al-Qur’an dengan tangan kanan dan memberikan keabadian dengan tangan kirinya, lalu di atas kepalanya disematkan mahkota yang berwibawa, sedangkan Al-Qur’an mengenakan 2 pakaian yang tidak kuat disangga oleh dunia. Kedua pakaian ini bertanya, “Karena apa kami engkau kenakan?”. Ada yang menjawab: “Karena peranan Al-Qur’an. Kemudian dikatakan kepada orang itu,”Bacalah sambil naik ketingkatan-tingkatan syurga dan biliknya, maka dia naik sesuai dengan apa yang dibacanya, baik baca dengan cepat, maupun dengan tartil.” (HR Ahmad).
- Dari Abu Umamah ra, Rasulullah Saw bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat, sebagai pembela pada orang yang mempelajari dan mentaatinya.” (HR Muslim).
- Dari An Nawas bin Sam’an, Rasulullah Saw bersabda, ”Pada hari kiamat akan didatangkan Al-Qur’an dan orang-orang yang mempraktekan di dunia, didahului oleh surah Al Baqarah dan Ali Imran yang akan membela dan mempertahankan orang-orang yang mentaatinya.” (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah Saw bersabda, ” Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka akan mendapat hasanat dan tiap hasanat mempunyai pahala berlipat 10 kali. Saya tidak berkata Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dn Mim satu huruf.” (HR Tirmidzi)
- Dari Aisyah ra, Raslullah Saw bersabda, ”Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an akan berkumpul para malaikat yang mulia-mulia lagi taat. Sedang siapa orang yang megap-megap dan berat jika membaca Al-Qur’an, mendapat pahala 2 kali lipat.” (HR Bukhari, Muslim)
- Dari Al Barra bin Azib ra, “ Ada seorang membaca surat Al Kahfi sedang tidak jauh dari tempatnya, ada kuda yang terikat dengan tali kanan kiri, tiba-tiba orang itu diliputi oleh cahaya yang selalu mendekat kepadanya, sedang kuda itu lari ketakutan. Dan pada pagi hari ia datang memberi tahu kejadian itu kepada Nabi Saw, maka bersabda nabi Saw, ”Itulah ketenangan (rahmat) yang telah turun untuk bacaan Al-Qur’an itu.” (HR Bukhori dan Muslim).
Empat Amal Terberat Menurut Sayyidina AliEmpat Amal Terberat Menurut Sayyidina Ali
ان الحمد لله الذى
أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا
وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك
له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية
قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما
كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم
مسلمون.
Jama’ah Jum’ah RahimakumullahMarilah pada kesempatan ini kita bersama-sama saling mengingatkan agar menjaga dan meningkatkan ketaqwaan diri kita dan juga keluarga kita. Disamping itu, perlu juga kita mementingkan ketaatan kita dengan melakukan berbagai amal kebaikan yang dapat memperbanyak pahala.
Jama’ah Jum’ah yang berbahagia
Dalam rangka itulah khotbah kali ini, khatib ingin memaparkan empat macam amal yang menurut Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah dianggap paling berat untuk dilakukan seorang muslim. Imam Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata bahwa ada empat amal yang berat untuk dilakukan. Pertama adalah al’afwu ‘indal ghadhab memberi maaf ketika dalam keadaan emosi. Memberikan maaf bukanlah hal yang mudah apalagi ketika dalam keadaan emosi. Untuk itulah Rasulullah saw pernah mengajari para sahabat untuk mengambil air wudhu untuk meredamkan marah. Karena marah merupakan bentuk lain dari api syaitan yang menyala-nyala, dan api itu hanya bisa dikalahkan oleh air wudhu.
، عَنْ جَدِّي
عَطِيَّةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ
خُلِقَ مِنْ النَّارِ ، وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ ، فَإِذَا
غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ .
Demikianlah kondisi manusia ketika marah yang sulit sekali
mengendalikan diri, oleh karena itu jika seseorang dalam keadaan marah
masih bisa memberikan maaf kepada orang lain, maka sungguh itulah amal
yang berat.Oleh karena itu, Allah swt menjamin siapapun yang dapat mengendalikan emosi dan amarahnya selamat dari siksaan api neraka . Demikian keterangan sebuah hadits yang berbunyi:
من كف غضبه كف الله عنه عذابه
Barang siapa yang mampu mengendalikan amarahnya, maka Allah akan mengendalikan (menjauhkan ) siksa-Nya. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Amal berat kedua adalah al juudi fil ‘usroh menjadi pemurah dan dermawan ketika kondisi ‘saku’ (keuangan) kita sedang sempit atau tidak mapan. Menjadi dermawan bukanlah perkara gampang, apalagi berlaku dermawan ketika kondisi keuangan sangat menipis. Oleh karena itu Allah swt memposisikan orang dermawan sangat dekat dengan-Nya. dalam sebuah hadits diterangkan:
السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنْ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنْ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنْ النَّارِ
Bahwa orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan surge, dekat dengan masyarakatnya dan jauh dari nerakaHadits ini bukanlah sekedar hadits motifasi, tetapi merupakan petunjuk dan rambu-rambu bagi siapapun yang ingin memposisikan diri dekat dengan Allah swt, maka hendaklah ia menjadi orang yang dermawan. Baik dalam kondisi longgar, lebih-lebih dalam kondisi sesak.
Katiga, adalah al-iffah fil khulwah,yaitu menghindarkan diri dari tindakan haram dalam keadaan sepi tanpa ada siapapun yang melihatnya. Amal ketiga ini merupakan ujian akan keikhlasan seseorang dalam beramal. Bahwa untuk melakukan ataupun menghindari dosa seseorang tidak perlu memperhatikan orang di lingkungannya. Karena jika seseorang melakukan sesuatu (amal) karena orang lain akan disebut riya, dan jika meninggalkan sesuatu karena orang lain menjadi syirik. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Iyadh
قول ابن العياض; ترك العمل لأجل الناس رياء ، والعمل لأجلهم شرك
Ibnu Iyadh, bahwa tidak melakukan sesuatu karena manusia adalah riya, dan melakukan sesuatu karena manusia adalah syirikJama’ah Rahimakumullah
Keempat, adalah qaulul haq liman yahofuhu au yajuruhu, yaitu berkata yang di depan orang yang ditakuti atau diharapkan. Jelas sekali materi terakhir ini berhubungan dengan kejujuran. Karena kebanyakan orang berbicara menyesuaikan atau melihat siapa yang diajak bicara. Seringkali orang akan membicarakan hal-hal yang disukai lawan bicaranya, apalagi jika lawan bicaa itu adalah orang yag ditakuti kareha hubungan kerja atau hubungan keluarga. Dengan kata lain amal terberat ke eempat ini merupakan usaha meghindarkan diri dari kebiasaan menjilat. Baik menjilat kepada atasan atau kepada orang yang diharapkan
Dengan demikian materi keempat ini sesuai dengan peribahasa:
قل الحق ولو كان مرا
Katakanlah kebenaran waluapun pahit adanya.Demikianlah khotbah Jum’ah kali ini, meskipun sekelumit semoga bermanfaat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar